A. LARUTAN PENYANGGA
Larutan penyangga atau
larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH tertentu
terhadap usaha mengubah pH, seperti penambahan asam, basa, ataupun
Pengenceran. Dengan kata lain pH larutan penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan tersebut ditambahkan sedikit asam kuat, basa kuat atau larutan tersebut diencerkan.
Dalam berbagai aktifitas yang melibatkan
reaksi-reaksi dalam larutan seringkali diperlukan pH yang harganya
tetap. Misalnya kita memerlukan suatu larutan dengan pH = 4 selama
melakukan percobaan, dan pH-nya tidak berubah-ubah. Cairan dalam tubuh
kita juga pH-nya harus tetap dijaga, yaitu pada harga 7,4. apabila
pH-nya berubah misalnya kurang dari 7,0 atau lebih dari 7,8, hal
tersebut akan sangat membahyakan bagi tubuh kita bahkan dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, cairan dalam tubuh kita harus
memiliki sifat sebagai larutan penyangga
sehingga dapat mempertahankan pH cairan tubuh walaupun tubuh kita
menerima berbagai penambahan, misalnya zat yang mengandung asam atau
basa.
Komposisi larutan penyangga
Jika ke dalam air ditambahkan asam atau
basa meskipun dalam jumlah yang sedikit, harga pH akan berubah secara
drastis. Mengapa demikian? Lain halnya apabila kita menambahkan HCl atau
NaOH ke dalam campuran CH3COOH atau CH3COONa dan NH4OH atau NH4Cl
pH-nya relatif tidak berubah. Bagaimanakah larutan tersebut
mempertahankan pH?
Sebagaimana telah diuraikan di atas,
larutan yang dapat mempertahankan pH disebut larutan penyangga atau
buffer. pH suatu larutan bergantung pada perbandingan konsentrasi ion H+
dengan konsentrasi ion OH– dalam larutannya. Sedangkan larutan
penyangga merupakan larutan yang mengandung suatu komponen asam dan
komponen basa yang tidak saling bereaksi, sehingga larutan penyangga
dapat bereaksi dengan ion H+ maupun ion OH–.
Larutan penyangga dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu asam lemah dengan basa konjugasinya, atau suatu basa
lemah dengan asam konjugasinya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
larutan penyangga.
a. Larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya
Dengan melihat reaksi di atas,
penambahan asam maupun basa tidak akan mengubah konsentrasi ion H+
maupun konsentrasi ion OH–, dengan demikian pH larutan tidak akan
berubah.
b. Larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya
3. pH larutan penyangga
a. Sistem penyangga asam lemah dan basa konjugasinya
Yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah sistem reaksi kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah dan basa lemah.
a. Sistem penyangga asam lemah dan basa konjugasinya
Yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah sistem reaksi kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah dan basa lemah.
Pada campuran di atas HA merupakan asam
lemah sehingga hanya sedikit terionisasi, sehingga konsentrasi HA dapat
dianggap tetap. Sedangkan konsentrasi [A–] berasal dari dua komponen,
yaitu [A–] dari asam lemah HA dan [A–] dari NaA. Hampir semua [A–] dalam
larutan itu berasal dari garam (NaA), karena asam lemah (HA) sedikit
sekali terionisasi.
b. Sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya
Dengan cara yang sama, untuk sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya, diperoleh konsentrasi [OH–] sebagai berikut:
Dengan cara yang sama, untuk sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya, diperoleh konsentrasi [OH–] sebagai berikut:
5. Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari
Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan. Dalam reaksireaksi kimia tersebut dibutuhkan pH yang stabil.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang kimia analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan. Dalam reaksireaksi kimia tersebut dibutuhkan pH yang stabil.
Dalam tubuh manusia, pH darah harus
dijaga pada 7,35 – 7,45. Jika pH darah kurang dari 7,35 maka disebut
asidosis (penurunan pH) yang dapat terjadi akibat penyakit-penyakit
seperti ginjal, jantung, diabetes mellitus (penyakit gula), konsumsi
protein berlebihan dalam waktu yang lama atau dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh yang cukup banyak) misalnya olah raga yang terlalu
berlebihan atau diare yang terus menerus. Dan jika pH darah lebih dari
7,45 disebut alkalosis (peningkatan pH) yang bisa terjadi bila kita
mengalami muntah yang hebat, bernafas terlalu berlebihan
(hyperventilasi) biasanya di daerah yang udaranya tipis (ketinggian)
atau ketika kita sedang cemas atau histeris. Kematian dapat terjadi jika
pH darah kurang dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8. pH di dalam darah
dijaga oleh beberapa sistem kesetimbangan larutan penyangga.
Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh
kemudian diserap oleh darah, akan sangat mempengaruhi harga pH darah.
Dengan adanya system penyangga, perubahan pH darah yang drastis, baik
penurunan atau kenaikan pH darah dapat dicegah.
Dalam bidang industri, terutama bidang
farmasi (obat-obatan), diperlukan keadaan pH yang stabil. Perubahan pH
akan menyebabkan khasiat zat aktif dalam obat-obatan akan terus
berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik dan obat yang dapat
menimbulkan iritasi seperti tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus
disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH Obat suntik harus disesuaikan
dengan pH darah agar tidak terjadi asidosis atau alkalosis pada darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar