MAKALAH KIMIA "UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT" OLEH LILIS KARTIKA DAMAYANTI IKA RAHMA DEWI AYU IKA PRATIWI HAFIFAH SARDI ADI ZULKARNAEN RAHMAT IDRIS
UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
Unsur
transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit
terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur
yang lain.
Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada
Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat
memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi
periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc),
Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe),
Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam
satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur
hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain
itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak
mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat
fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami
perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.
Unsur
transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih
besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga
kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan
Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode
keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu
= + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar
unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti
HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi,
pada kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit atau
bereaksi lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan oksida
yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada
unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif,
unsur ini sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida
(Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing).
Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang
jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan
demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur
transisi lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik leleh
unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan
utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur
transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur
transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi)
yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan
4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan
elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah
elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum
yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan
+3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode
keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
1. KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM DAN PRODUK-PRUDUK YANG MENGANDUNG UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
Unsur
unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn),
skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn),
besi (Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni).
Unsur
transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih mineral
(bijih logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral
terbanyak di alam setelah O, Si, dan Al. Untuk lebih jelasnya
keberadaan unsur transisi di alam dapat dilihat dalam uraian berikut.
a. Skandium (Sc)
Skandium (Sc) terdapat dalam mineral torvetit (Sc2SiO7).
Gambar Unsur Skandium
b. Titanium (Ti)
Unsur ini terdapat dalam mineralrutil (TiO2) yang terdapat dalam bijih besi sebagai ilmenit (FeTi)2O3 dan ferrotitanate (FeTiO3) juga terdapat dalam karang, silikat, bauksit batubara, dan tanah liat.
c. Vanadium (V)
Vanadium terdapat dalam senyawa karnotit (K-uranil-vanadat) [(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)], dan vanadinit (Pb5(VO4)3Cl).
Gambar vanadium
d. Kromium (Cr)
Bijih utama dari kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan sejumlah kecil dalam kromoker.
Gambar Kromium
e. Mangan (Mn)
Bijih utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan rodokrosit (MnCO3) dan diperkirakan cadangan Mn terbesar terdapat di dasar lautan.
Gambar Mangan
f. Besi (Fe)
Besi
(Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi
umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite
(Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4
yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam
bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh
senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
g. Kobalt (Co)
Kobalt terdapat di alam sebagai arsenida dari Fe, Co, Ni, dan dikenal sebagai smaltit, kobaltit (CoFeAsS) dan eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.
Gambar Kobalt
h. Nikel (Ni)
Nikel ditemukan dalam beberapa senyawa berikut ini.
Sebagai senyawa sulfida : penladit (FeNiS), milerit (NiS)
Sebagai senyawa arsen : smaltit (NiCOFeAs2)
Sebagai senyawa silikat : garnierit (Ni.MgSiO3)
Gambar Nikel
i. Tembaga (Cu)
Tembaga
(Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal).
Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2).
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O
yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat
paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
Gambar Tembaga
j. Seng (Zn)
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), sebagai senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
Tabel beberapa mineral dari unsur-unsur transisi periode keempat
Logam
|
Nama Mineral
|
Rumus
|
Sc
|
Torvetit
|
Sc2SiO7
|
Ti
|
Rutile
Ilmenit
Ferrotitanate
|
TiO2
(FeTi)2O3
FeTiO3
|
V
|
Karnotit (K-uranil-vanadat)
vanadinit
|
K2(UO2)2 (VO4)2.3H2
Pb5(VO4)3Cl
|
Cr
|
Kromit
|
Cr2O3.FeO
|
Mn
|
Pirolusit
Manganit
Rodokrosit
|
MnO2
Mn2O3.H2O
MnCO3
|
Fe
|
Hematit
Magnetit
Pirit
Siderit
Limonit
|
Fe2O3
Fe3O4
FeS2
FeCO3
Fe2O3.H2O
|
Co
|
Kobaltit
Eritrit
|
CoAsS
Co3(AsO4)2.8H2O
|
Ni
|
Pentlandit
Milerit
Smaltit
Garnierit
|
FeNiS
NiS
NiCOFeAs2
Ni.MgSiO3
|
Cu
|
Garnerit
Kalkopirit
Kalkosite
Malachit
Bornit
Kuprit
Melkonit
|
H2(NiMg)SiO4.2H2O
CuFeS2
Cu2S
Cu2(OH)2CO3
Cu3FeS3
Cu2O
CuO
|
Zn
|
Seng blende
Smith sonite
|
ZnS
ZnCO3
|
2. SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIA UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
Unsur-unsur
transisi periode keempat memiliki beberapa sifat, baik secara fisis
maupun kimia. Berikut adalah tabel yang menunjukkan sifat-sifat dari
unsur-unsur transisi periode keempat.
Beberapa sifat umum unsur-unsur transisi periode keempat :
A. SIFAT FISIS UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
I. Unsur-unsur
transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat
khas unsur-unsur transisi periode keempat antara lain :
(1) Unsur-unsur transisi bersifat logam, maka sering disebut logam transisi.
(2) Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi positif dan pada umumnya lebih dari satu.
(3) Banyak diantaranya dapat membentuk senyawa kompleks.
(4) Pada umumnya senyawanya berwarna.
(5) Beberapa diantaranya dapat digunakan sebagai katalisator.
(6) Titik didih dan titik leburnya sangat tinggi.
(7) Mudah dibuat lempengan atau kawat dan mengkilap.
(8) Sifatnya makin lunak dari kiri ke kanan.
(9) Dapat menghantarkan arus listrik.
(10) Persenyawaan dengan unsur lain mempunyai oksida positif.
II. Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena konfigurasi elektron unsur transisi menempati sub kulit d, elektron-elektron pada orbital d yang
tidak penuh memungkinkan untuk berpindah tempat. Elektron dengan energi
rendah akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi)
dengan menyerap warna misalnya energi cahaya dengan panjang gelombang
tertentu karena energi yang diserap besarnya pun tertentu. Struktur
elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan warna yang pula.
Warna senyawa unsur-unsur transisi periode keempat
dengan bilangan oksidasi
Biloks
Unsur
|
+2
|
+3
|
+4
|
+5
|
+6
|
+7
|
Sc
|
-
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
Ti
|
-
|
Ungu
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
V
|
Ungu
|
Hijau
|
-
|
Merah
|
Jingga
|
-
|
Cr
|
Biru
|
Hijau
|
-
|
-
|
Hijau
|
-
|
Mn
|
Merah muda
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ungu
|
Fe
|
Hijau muda
|
Kuning
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Co
|
Merah muda
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ni
|
Hijau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cu
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Zn
|
Tidak berwarna
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
III. Dapat membentuk ion kompleks, yaitu ion yang terdiri dari ion logam sebagai ion pusat yang menyediakan orbital d,s, dan p-nya yang kosong untuk elektron-elektron yang berasal dari ion atau molekul yang diikatnya yang disebut dengan ligan. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
ikatan yang terjadi antara ion pusat dengan ligan, yaitu ikatan kovalen
koordinasi. Banyaknya pasangan elektron yang diterima oleh ion logam
dinamakan bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Pada umumnya ligan merupakan basa Lewis, yaitu ion yang dapat memberikan (donor) sepasang atau lebih elektron bebas. Seperti NH3, NO, H2O, F-, Cl-, CO32-, NO2-. Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2,
sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh ligan bidentat
(mendonorkan dua pasang elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering
disebut sebagai agen chelat (mampu mencengkram kation logam transisi
dengan kuat).
Secara umum penulisan ion kompleks adalah sebagai berikut.
· L adalah ion transisi,
· x adalah ligan,
· n muatan ion kompleks,
· m bilangan koordinasi.
Umumnya
bilangan koordinasi, dua kali lipat dari biloks transisi terbesar.
Contohnya besi (Fe) mempunyai biloks +2 dan +3 maka umumnya bilangan
koordinasinya 6, sehingga jika membentuk ion kompleks misalnya dengan
ion CN- maka terbentuk ion kompleks sebagai berikut
Fe(CN)64- Fe(CN)63-
Ligan Ligan
Ion Fe2+ sebagai ion pusat Ion Fe3+ sebagai ion pusat
Dari kedua contoh diatas ion Fe(CN)64- dan Fe(CN)63-
masing-masing memiliki muatan ion -4 dan -3. Bilangan oksidasi
(biloks) ion pusat dapat kita tentukan dengan cara sebagai berikut.
Biloks [Fe(CN)6]4- = -4 BO [Fe(CN)6]3- = -3
Biloks (Fe) + (6CN) = -4 BO (Fe) + (6CN) = -3
Biloks (Fe) + (6 x -1) = -4 BO (Fe) + (6 x -1) = -3
Biloks Fe -6 = -4 BO (Fe) -6 = -3
Biloks Fe = -4 + 6 BO (Fe) = -3 + 6
Biloks Fe = +2 BO (Fe) = +3
Penamaan ion/senyawa kompleks dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
1. Nama kation ditulis lebih dahulu diikuti anionnya, sama seperti panamaan senyawa ionik pada umumnya.
2. Penamaan untuk ion kompleks, disebutkan nama ligannya dengan jumlahnya dan diberi akhiran o.
3. Jumlah ligan yang diikat lebih dari satu diberi awalan di (2), tri(3), tetra(4), penta (5) dan sebagainya.
4. Bilangan oksidasi logam ditulis dengan angka romawi.
5. Jika ion kompleks bermuatan negatif, maka nama logam diberi akhiran at. Nama kation logam bermuatan negatif dapat dilihat pada Tabel Nama Kation dan Anion Kompleks.
6. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut abjad, kemudian dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
7. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat dilihat pada Tabel Nama Ligan.
Tabel Nama Ligan Kompleks
Ligan
|
Nama
|
Amonia, NH3
|
Amino
|
Sianida, CN-
|
Siano
|
Air, H2O
|
Aquo
|
Hidroksida, OH-
|
Hidrokso
|
F‑
|
Fluoro
|
Klorida, Cl-
|
Kloro
|
Nitrit, NO2-
|
Nitrito
|
SCN-
|
Tiosiano
|
Bromida, Br-
|
Bromo
|
Oksida, O2-
|
Okso
|
Karbonat, CO32-
|
Karbonato
|
Oksalat, C2O42-
|
Oksalato
|
Karbon Monoksida, CO
|
Karbonil
|
Etilendiamin
|
Etilendiamin (en)
|
Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks
Kation
|
Nama Kation pada Anion Kompleks
|
Aluminium, Al
|
Aluminat
|
Kromium, Cr
|
Kromat
|
Kobalt, Co
|
Kobaltat
|
Cuprum, Cu
|
Cuprat
|
Aurum, Au
|
Aurat
|
Ferrum, Fe
|
Ferrat
|
Plumbum, Pb
|
Plumbat
|
Mangan, Mn
|
Manganat
|
Molibdenum, Mo
|
Molibdat
|
Nikel, Ni
|
Nikelat
|
Argentum, Ag
|
Argentat
|
Stannum, Sn
|
Stannat
|
Tungsten, W
|
Tungstat
|
Zink, Zn
|
Zinkat
|
Tabel Nama Ion Pusat Jika Muatannya Negatif
Ligan
|
Nama
|
Mn
|
Manganat
|
Cu
|
Kuprat
|
Co
|
Kobaltat
|
Cr
|
Kromat
|
Ni
|
Nikelat
|
Fe
|
Ferrat
|
Contohnya adalah sebagai berikut.
Ag(NH3)22+ : ion diamino argentum I
[Cr(NH3)4Cl2]+ : ion tetra amino dikloro kromium III
Fe(CN)63- : ion heksasiano ferrat III
K4[Fe(CN)6] : Kalium heksasiano ferrat II
[Co(NH3)6]4 [Fe(CN)6]3 : Heksa amino kobalt III heksasiano ferrat II
Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan nama maupun rumus kimia dari berbagai senyawa kompleks :
1. Ni(CO)4
Bilangan koordinasi = 4
Muatan ion kompleks = 0
Muatan ligan = 0
Muatan kation logam transisi = 0
Nama senyawa = tetrakarbonil nikel (0) atau nikel tetrakarbonil
2. NaAuF4
Terdiri dari kation sederhana (Na+) dan anion kompleks (AuF4-)
Bilangan koordinasi = 4
Muatan anion kompleks = -1
Muatan ligan = -1 x 4 = -4
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = natrium tetrafluoro aurat (III)
3. K3[Fe(CN)6]
Terdiri dari kation sederhana (3 ion K+) dan anion kompleks ([Fe(CN)6]-3)
Bilangan koordinasi = 6
Muatan anion kompleks = -3
Muatan ligan = -1 x 6 = -6
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = kalium heksasiano ferrat (III) atau kalium ferrisianida
4. [Cr(en)3]Cl3
Terdiri dari kation kompleks ([Cr(en)3]3+) dan anion sederhana (3 ion Cl-)
Bilangan koordinasi = 3 x 2 (bidentat) = 6
Muatan kation kompleks = +3
Muatan ligan = 3 x 0 = 0
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = tris-(etilendiamin) kromium (III) klorida
5. Pentaamin kloro kobalt (III) klorida
Terdapat 5 NH3, satu Cl-, satu Co3+, dan ion Cl-
Muatan kation kompleks = (5 x 0) + (1 x -1) + (1 x +3) = +2
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion Cl-
Rumus senyawa kompleks = [Co(NH3)5Cl]Cl2
6. Dikloro bis-(etilendiamin) platinum (IV) nitrat
Terdapat 2 Cl-, 2 en, satu Pt4+, dan ion NO3-
Muatan kation kompleks = (2 x -1) + (2 x 0) + (1 x +4) = +2
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion NO3-
Rumus senyawa kompleks = [Pt(en)2Cl2](NO3)2
7. Natrium heksanitro kobaltat (III)
Terdapat 6 NO2-, satu Co3+, dan ion Na+
Muatan anion kompleks = (6 x -1) + (1 x +3) = -3
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan tiga ion Na+
Rumus senyawa kompleks = Na3[Co(NO2)6]
8. Tris-(etilendiamin) kobalt (III) sulfat
Terdapat 3 en, satu Co3+, dan ion SO42-
Muatan kation kompleks = (3 x 0) + (1 x +3) = +3
Untuk membentuk senyawa kompleks, dua kation kompleks membutuhkan tiga ion SO42-
Rumus senyawa kompleks = ([Co(en)3])2(SO4)3
Bentuk
ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis
kation logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat
ditentukan melalui bilangan koordinasi. Hubungan antara bilangan
koordinasi terhadap bentuk ion kompleks dapat dilihat pada tabel
berikut :
Bilangan Koordinasi
|
Bentuk Ion Kompleks
|
2
|
Linear
|
4
|
Tetrahedral atau Square Planar
|
6
|
Oktahedral
|
a. Sifat Magnetik
Ada beberapa sifat magnet dari unsur-unsur transisi diantaranya:
1. Diamagnetik,
tidak tertarik oleh medan magnet, hal ini disebabkan karena atom atau
molekul dimana elektron dalam orbitalnya semua berpasangan.
2. Paramagnetik,
dapat ditarik oleh medan magnet, hal ini disebabkan karena ada atom
atau molekul dimana elektron dalam orbitalnya ada yang tidak
berpasangan. Jika sifat paramagnetiknya sangat kuat maka disebut feromagnetik.
Pada unsur-unsur logam transisi periode keempat, umumnya mempunyai elektron yang tidak berpasangan dalam orbital d sehingga umumnya bersifat paramagnetik. Perhatikan contoh berikut.
30Zn : (Ar)
Jadi,
logam transisi periode keempat yang bersifat diamagnetik adalah Zn dan
Cu. Sedangkan yang bersifat paramagnetik antara lain Sc, Ti, Cr, dan
Mn, dan yang bersifat Feromagnetik adalah Fe, Co, dan Ni.
B. SIFAT KIMIA UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari
atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik
intinya, sehingga jarak elektron pada jarak terluar ke inti semakin
kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE)
meningkat dari Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang
unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi. Setelah
pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke
kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih
dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya
yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang
berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka
elektron pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada subkulit 4s1.
4. Bilangan Oksidasi
Senyawa-senyawa
unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari
satu. Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi,
keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang
memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan
saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam
kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1) d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1) d5ns2, akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1) d6ns2,
bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui
bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam
transisi penting seperti Kobal (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Zink
(Zn) lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua
elektron (n-1) d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam
golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin tinggi
unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
3. MANFAAT, DAMPAK DAN PROSES PEMBUATAN UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
A. MANFAAT UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
1. Skandium (Sc)
Skandium
merupakan unsur yang jarang terdapat di alam, walaupun ada cenderung
dalam bentuk senyawa dengan bilangan oksidasi +3 misalnya ScCl3, Sc2O3. Senyawa tidak berwarna dan bersifat diamagnetik, hal ini disebabkan ion Sc3+ sudah tidak memiliki elektron dalam orbital d nya.
Kira-kira 20 kg (dalam bentuk Sc2O3)
skandium digunakan setiap tahun di Amerika Serikat untuk membuat lampu
berkeamatan tinggi. Skandium iodida yang dicampur ke dalam lampu wap
raksasa akan menghasilkan sumber cahaya buatan kecekapan tinggi yang
menyerupai cahaya matahari dan membolehkan salinan warna yang baik
untuk kamera televisi. Lebih kurang 80 kg skandium digunakan sejagat
setiap tahun dalam pembuatan lampu mentol. Isotop radioaktif Sc-46
digunakan dalam peretak pelapis minyak sebagai agen penyurih.
Penggunaan
utamanya dari segi isi padu adalah aloi aluminium-skandium untuk
industri aeroangkasa dan juga untuk peralatan sukan (basikal, bet
besbol, senjata api, dan sebagainya) yang memerlukan bahan berprestasi
tinggi. Apabila dicampur dengan aluminium.
2. Titanium (Ti)
Titanium banyak digunakan dalam industri dan konstruksi :
a. Titanium digunakan sebagai bahan konstruksi karena mempunyai sifat fisik :
1. Rapatannya rendah (logam ringan),
2. Kekuatan strukturnya tinggi,
3. Tahan panas,
4. Tahan terhadap korosi,.
b. Titanium
digunakan sebagai badan pesawat terbang dan pesawat supersonik, karena
pada temperatur tinggi tidak mengalami perubahan kekuatan (strenght).
c. Titanium digunakan sebagai bahan katalis dalam industri polimer polietlen.
d. Titanium digunakan sebagai pigmen putih, bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik.
e. Titanium digunakan sebagai katalis pada industri polimer.
f. Karena
kerapatan titanium relatif rendah dan kekerasannya tinggi. Logam ini
digunakan untuk bahan struktural terutama dalam mesin jet, karena mesin
jet memerlukan massa yang ringan tetapi stabil pada suhu tinggi.
g. Karena
logam titanium tahan terhadap cuaca, sehingga dapat digunakan untuk
bahan pembuatan pipa, pompa, dan tabung reaksi dalam industri kimia.
3. Vanadium (V)
Vanadium banyak digunakan dalam industri-industri seperti :
a. Untuk
membuat peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan yang tinggi
seperti per mobil dan alat mesin berkecepatan tinggi,
b. Untuk membuat logam campuran,
c. Oksida vanadium (V2O5) digunakan sebagai katalis dalam pembuatan asam sulfat dengan proses kontak.
d. Umumnya
digunakan untuk paduan dengan logam lain seperti baja tahan karat dan
baja untuk peralatan berat karena sifatnya merupakan logam putih
terang, relatif lunak dan liat, tahan terhadap korosif, asam, basa, dan
air garam.
e. V2O5 digunakan sebagai katalis pada proses pembuatan asam sulfat dan digunakan sebagai reduktor.
4. Khromium (Cr)
Adapun kegunaan kromium antara lain sebagai berikut :
1. Khromium digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna.
2. Kebanyakan
khromium digunakan dalam proses pelapisan logam untuk menghasilkan
permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi.
3. Khromium juga dapat memberikan warna hijau emerald pada kaca.
4. Khromium juga luas digunakan sebagai katalis.
5. Industri
refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata, karena
khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif rendah
dan kestabilan struktur kristal.
6. Digunakan untuk katalis dan untuk pewarna gelas.
7. Campuran
kromium (IV) oksida dan asam sulfat pekat mengahasilkan larutan
pembersih yang dapat digunakan untuk mengeluarkan zat organik yang
menempel pada alat-alat laboratorium dengan hasil yang sangat bersih,
tetapi larutan ini bersifat karsinogenik (menyebabkan penyakit kanker).
5. Mangan (Mn)
Mangan
merupakan logam putih kemerahan atau putih kehijauan, keras (lebih
keras dari besi), sangat mengkilap, dan sangat reaktif banyak digunakan
untuk panduan logam dan membentuk baja keras yang digunakan untuk mata
bor pada pemboran batuan.
Di samping itu, Mangan
Oksida (sebagai pilorusit) digunakan sebagai depolariser dan sel kering
baterai dan untuk menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan
oleh pengotor besi. Mangan sendiri memberi warna lembayung pada kaca.
Dioksidanya berguna untuk pembuatan oksigen dan khlorin, dan dalam
pengeringan cat hitam. Senyawa permanganat adalah oksidator yang kuat
dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan dalam pengobatan. Mangan
juga banyak tersebar dalam tubuh. Mangan merupakan unsur yang penting
untuk penggunaan vitamin B.
6. Besi (Fe)
Kegunaan
utama dari besi adalah untuk membuat baja. Baja adalah istilah yang
digunakan untuk semua aloi dari besi (aliase). Baja aliase, yaitu baja
spesial yang mengandung unsur tertentu sesuai dengan sifat yang
diinginkan. Salah satu contoh baja yang terkenal adalah stainless
steel, yang merupakan baja tahan karat.
Berikut urai beberapa kegunaan dari besi :
1. Sebagai
logam, besi memiliki kegunaan paling luas dalam kehidupan, seperti
untuk kontruksi atau rangka bangunan, landasan, untuk badan mesindan
kendaraan, tulkit mobil, untuk berbagai peralatan pertanian, bangunan
dan lain-lain. Mutu dari semua bahan yang terbuat dari besi tergantung
pada jenis besi yang digunakan, seperti:
a. Baja krom (95,9% Fe; 3,5%Cr; 0,3%Mn; 0,3%C)
b. Baja mangan (11-14%Mn)
c. Baja karbon (98,1% Fe; 1% Mn; 0,9%C)
d. Baja wolfram (94%Fe; 5%W; 0,3%Mn; 0,7%C)
2. Fe(OH)3 digunakan untuk bahan cat seperti cat minyak, cat air, atau cat tembok.
3. Fe2O3 sebagai bahan cat dikenal nama meni besi, digunakan juga untuk mengkilapkan kaca.
4. FeSO4 digunakan sebagai bahan tinta.
7. Kobalt (Co)
Kobalt
merupakan logam putih keperakan dengan sedikit kebiruan bila digosok
langsung mengkilap lebih keras dan lebih terang dari pada nikel, tahan
terhadap udara, sehingga banyak digunakan untuk pelapis logam. Selain
itu juga digunakan sebagai katalis, untuk paduan logam (baja kobalt)
digunakan sebagai bahan magnet permanen. Campuran Co, Cr, dan W
digunakan untuk peralatan berat dan alat bedah atau operasi. Campuran
Co, Fe, dan Cr (logam festel) digunakan untuk elemen pemanas listrik.
Kobalt
yang dicampur dengan besi, nikel, dan logam lainnya untuk membuat
alnico, alloy dengan kekuatan magnet luar biasa untuk berbagai
keperluan. Alloy stellit, mengandung kobalt, khromium, dan wolfram,
yang bermanfaat untuk peralatan berat, peralatan yang digunakan pada
suhu tinggi, maupun peralatan yang digunakan pada kecepatan yang tinggi.
Kobalt
juga diguanakan untuk baja magnet dan tahan karat lainnya. Selain
alloy, digunakan dalam turbin jet, dan generator turbin gas. Logam
diguanakan dalam elektropalting karena sifat penampakannya,
kekerasannya, dan sifat tahan oksidasinya.
Garam
kobalt telah digunakan selama berabad-abad untuk menghasilkan warna
biru brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot, keramik, dan lapis
e-mail gigi. Garam kobalt adalah komponen utama dalam membuat biru
Sevre dan biru Thenard. Larutan kobalt klorida digunakan sebagai
pelembut warna tinta. Kobalt digunakan secraa hati-hati dalam bentuk
klorida, sulfat, asetat, dan nitrat karena telah dibuktikan efektif
dalam memperbaiki penyakit kekurangan mineral tertentu pada binatang.
Tanah yang layak mengandung hanya 0.13 – 0.30 ppm kobalt untuk makanan
binatang.
8. Nikel (Ni)
Nikel banyak digunakan untuk hal-hal berikut ini:
1. Merupakan
logam putih perak keabuan, dapat ditempa, penghantar panas yang baik
dan tahan terhadap udara, tetapi tidak tahan terhadap air yang
mengandung asam sehingga banyak digunakan sebagi komponen pemanas
listrik (nikrom) yang merupakan campuran dari Ni, Fe, dan Cr.
2. Perunggu-nikel digunakan untuk uang logam.
3. Perak jerman (paduan Cu, Ni, Zn) digunakan untuk barang perhiasan.
4. Logam rasein (paduan Ni, Al, Sn, Ag) untuk barang perhiasan.
5. Pembuatan aloi, battery electrode, dan keramik.
6. Zat tambahan pada besi tuang dan baja, agar mudah ditempa dan tahan karat.
7. Pelapis besi (pernekel).
8. Sebagai katalis.
9. Tembaga (Cu)
Tembaga
merupakan logam berwarna kemerahan, mengkilap bila digosok dapat
ditempa, penghantar panas pada listrik yang baik, tidak mudah berkarat
tetapi bila terkena udara warnanya menjadi hijau oleh terbentuknya
tembaga karbonat. Banyak digunakan sebagai rangakian atau peralatan
listrik, kabel listrik, dan untuk paduan logam.
CuSO4 (terusi) banyak digunakan untuk larutan elektrolit dalam sel elektrokimia, campuran terusi dan Ca(OH)2 dengan sedikit air dapat digunakan memberantas kutu dan jamur.
Tembaga
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk kabel
listrik, bahan uang logam, untuk bahan mesin pembangkit tenaga uap dan
untuk aloi.
10. Seng (Zn)
Logam seng berguna untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Merupakan
logam cukup keras, terang berwarna putih kebiruan, tahan dalam udara
lembab dibanding Fe. Hal ini disebabkan diatas lapisan permukaan seng
terbentuk lapisan karbonat basa (Zn2(OH)2CO3)
yang dapat menghambat oksidasi lebih lanjut. Karena sifat tersebut,
maka seng banyak digunakan untuk melapisi logam besi (disebut kaleng)
2. Digunakan juga sebagai elektroda pada elektroda (katoda) pada sel elektrokimia dan untuk pembuatan paduan logam.
3. ZnO digunakan untuk bahan cat untuk memberikan warna putih dan digunakan untuk pembuatan salep seng (ZnO-vaselin).
4. Logam
ini digunakan untuk membentuk berbagai campuran logam dengan metal
lain. Kuningan, perak nikel, perunggu, perak Jerman, solder lunak dan
solder aluminium adalah beberapa contoh campuran logam tersebut.
5. Seng dalam jumlah besar digunakan untuk membuat cetakan dalam industri otomotif, listrik, dan peralatan lain semacamnya.
6. Campuran
logam Prestal, yang mengandung 78% seng dan 22% aluminium dilaporkan
sekuat baja tapi sangat mudah dibentuk seperti plastik. Prestal sangat
mudah dibentuk dengan cetakan murah dari keramik atau semen.
7. Seng juga digunakan secara luas untuk menyepuh logam-logam lain dengan listrik seperti besi untuk menghindari karatan.
8. Seng
oksida banyak digunakan dalam pabrik cat, karet, kosmetik, farmasi,
alas lantai, plastik, tinta, sabun, baterai, tekstil, alat-alat listrik
dan produk-produk lainnya.
9. Lithopone,
campuran seng sulfida dan barium sulfat merupakan pigmen yang penting.
Seng sulfida digunakan dalam membuat tombol bercahaya, sinar X,
kaca-kaca TV, dan bola-bola lampu fluorescent. Klorida dan kromat unsur
ini juga merupakan senyawa yang banyak gunanya.
10. Seng
juga merupakan unsur penting dalam pertumbuhan manusia dan binatang.
Banyak tes menunjukkan bahwa binatang memerlukan 50% makanan tambahan
untuk mencapai berat yang sama dibanding binatang yang disuplemen
dengan zat seng yang cukup.
B. DAMPAK NEGATIF UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
Logam besi mudah terkorosi dalam udara lembap, dalam bentuk senyawa kompleks [k4Fe(CN)6.3H2O], unsur ini bersifat racun bagi tumbuhan. Tembaga mudah terbakar dalam bentuk serbuk, dalam bentuk senyawa CuCl2 melalui pernapasan dapat menyebabkan keracunan. Asam kromium CrO3 beracun dan bersifat karsinogenik.
C. PROSES PEMBUATAN UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
A. PENGOLAHAN LOGAM DARI BIJIH (METALURGI)
Sebagian
besar logam terdapat di alam dalam bentuk senyawa. Hanya sebagian kecil
terdapat dalam keadaan bebas seperti emas, perak dan sedikit tembaga.
Pada umumnya terdapat dalam bentuk senyawa sulfida dan oksida, karena
senyawa ini sukar larut dalam air. Contohnya : Fe2O3, Cu2S, NiS, ZnS, MnO2.
Pengolahan logam dari bijih disebut metalurgi.
Bijih adalah mineral atau benda alam lainnya yang secara ekonomis dapat
diambil logamnya. Karena logam banyak terdapat dalam bentuk senyawa
(oksida, sulfida), maka prosesnya selalu reduksi.
Ada tiga tingkat proses pengolahan, yaitu :
1. Menaikan konsentrasi bijih.
2. proses reduksi
3. Pembersihan, pembuatan aliase dan pemurnian
1. Menaikan Konsentrasi Bijih.
Memisahkan bijih dari campurannya misalnya dengan ditumbuk, lalu dipisahkan dengan berbagai cara, misalnya :
a. Dicuci dengan air.
b. Diapungkan dengan deterjen atau zat pembuih (flotasi)
c. Dipisahkan dengan magnet
d.Dengan pemanggangan. Bijih dipanaskan di udara terbuka, menghasilkan oksidanya.
2 ZnS + 3 O2 2ZnO + 2 SO2
e. Dilarutkan sehingga terbentuk senyawa kompleks
2. Proses Reduksi
Umumnya
menggunakan reduktor yang murah yaitu karbon (kokes). Untuk logam yang
reaktif digunakan reduktor yang lebih kuat seperti hidrogen, logam
alkali tanah dan alumunium. Logam-logam yang sangat reaktif dilakukan
reduksi elektrolisis (reduksi katodik)
a. Reduksi dengan karbon (C) :
ZnO + C Zn + CO
Fe2O3 + 3 CO 2 Fe + 3CO2
b. Reduksi dengan logam yang lebih reaktif :
TiCl4 + 2 Mg Ti + 2MgCl2
Cr2O3 + 2 Al 2 Cr + Al2O3
3. Proses Pemurnian (refining)
Dengan
proses-proses peleburan, destilasi atau dengan elektrolisis. Proses
peleburan misalnya untuk memperoleh tembaga 99% untuk membuat baja dan
sebagainya. Untuk memperoleh tembaga yang murni untuk keperluan teknik
listrik dilakukan dengan elektrolisis. Dengan destilasi misalnya pada
pembuatan air raksa dan seng. Berikut ikhtisar mineral dan cara
memperoleh logam transisi periode 4.
Tabel Mineral dan cara memperoleh logam transisi periode keempat
Unsur
|
Bijih/mineral
|
Senyawa yang direduksi
|
Pereduksi
|
Keterangan
|
Sc
|
Tidak dibuat dalam skala industri
| |||
Ti
|
Rutile, TiO2
|
TiCl4
|
Mg atau Na
| |
V
|
Carnolite, V2O5
|
V2O5
|
Al
| |
Cr
|
Chromite, FeCr2O4
|
Na2Cr2O7
|
C lalu Al
| |
Mn
|
Pyrolucite, MnO2
|
Mn3O4
|
Al
| |
Fe
|
Haematite, Fe2O3
|
Fe2O3
|
C atau CO
|
Dapur tinggi
|
Magnetite, Fe3O4
| ||||
Co
|
Cobaltite, Co As S
|
Co3O4
|
Al
| |
Ni
|
Millerite, NiS
|
NiO
|
C
| |
Cu
|
Copper glance, CuS
|
Cu2S
|
S*
| |
Zn
|
Zink blende, ZnS
|
ZnO
|
C(CO)
|
Dapur tinggi
|
* Reduksi sendiri : Cu2S(s) + O2 (g) 2 Cu(s) + SO2(g)
B. BESI DIEKSTRAKSI DARI OKSIDA BESI DENGAN REDUKTOR KARBON
PENGOLAHAN BESI BAJA
Bahan dasar : Bijih besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4, bahan tambahan batu gamping, CaCO3 atau pasir (SiO2). Reduktor kokes (C)
Dasar reaksi : Reduksi dengan gas CO, dari pembakaran tak sempurna C
Tempat : Dapur tinggi (tanur tinggi), yang dindingnya terbuat dari batu tahan api.
Reaksi
dalam dapur tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada
penjelasan berikut. Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 – 2.000
ton besi kasar dan 500 ton kerak (terutama CaSiO3). Kira-kira 2 ton bijih, 1 ton kokes dan 0,3 ton gamping dapat menghasilkan 1 ton besi kasar.
Reaksi yang terjadi :
1. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas. Gas CO2 yang naik direduksi oleh C menjadi gas CO.
C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian mleleh karena suhu t inggi (1.5000C)
3. Reaksi pembentukan kerak
CaCO3 CaO + CO2
CaO + SiO2 CaSiO3 kerak
Karena
suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di
bawah. Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar
dengan kadar C hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan
Mn. Besi kasar yang diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses
lagi untuk membuat baja dengan kadar C sebagai berikut :
ü baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %
ü baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %
ü baja keras kadar C : 0,7 – 1,6 %
Pembuatan baja :
Dibuat dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang lain. Ada 3 cara :
1. Proses Bessemer :
Besi
kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan
keluar gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam dihentikan lalu
dituang dan dicetak.
2. Open-hearth process
Besi
kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida
besi (besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn
terjadi besi dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2 dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
3. Dengan dapur listrik.
Untuk
memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur
listrik. Hingga pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan
kadar C yang tertentu.
C. EKSTRAKSI TEMBAGA DARI BIJIHNYA DILAUKAN MELALUI RANGKAIAN REAKSI REDOKS.
Pengolahan tembaga
Tembaga terdapat di alam dalam bentuk senyawa Cu2S, Cu2O.
Bijih tembaga dinaikan konsentrasinya dengan proses pengapungan
(flotasi) lalu dikenakan proses pemanggangan. Maka terjadi proses
reduksi intramolekuler, diperoleh tembaga.
Reaksinya :
Cu2S + O2 2 Cu + SO2
2 Cu2S + 3 O2 2 Cu2O + 2 SO2
Cu2S + 2 Cu2O 6 Cu + SO2
Tembaga
yang diperoleh belum murni tetapi sudah dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti pipa, bejana, dan lain-lain, tetapi belum baik untuk
penghantar listrik. Untuk memurnikan dilakukan proses elektrolis.
Proses pemurnian tembaga :
Susunan : - Katode : logam Cu dilapis tipis dengan karbon grafit.
- Anode : logam Cu tak murni
- Elektrolit : larutan CuSO4
Reaksi : Katode : Cu+2 + 2 e- Cu menempel katode.
Anode : Cu (An) Cu+2 + 2e-
Logam Tembaga dapat diperoleh melalui pemanggangan kalkopirit, seperti yang dinyatakan dalam persamaan reaksi di bawah ini :
2 CuFeS2(s) + 4 O2(g) ——> Cu2S(s) + 2 FeO(s) + 3 SO2(g)
Cu2S(s) + O2(g) ——> 2Cu(l) + SO2(g)
Logam
Tembaga dapat dimurnikan melalui proses elektrolisis. Logam Tembaga
memiliki koduktivitas elektrik yang tinggi. Dengan demikian, logam
tembaga sering digunakan sebagai kawat penghantar listrik. Selain itu,
Tembaga juga digunakan pada pembuatan alloy (sebagai contoh, kuningan, merupakan alloy dari Cu dan Zn),bahan pembuatan pipa, dan bahan dasar pembuatan koin (uang logam).
Logam
Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat
pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia). Bilangan oksidasi
Tembaga adalah +1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil dan cenderung mengalami disproporsionasi dalam larutan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2 Cu+(aq) ——> Cu(s) + Cu2+(aq)
Cu(Anode) Cu (katode)
Yang
dapat tereduksi pada katode hanya Cu, sedang logam yang kurang reaktif
(Ag, Au) mengendap di dasar bejana, dan logam yang lebih reaktif (Fe)
tetap dalam larutan, sebagai ion Fe2+, Ag dan Au merupakan hasil tambahan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar